Selasa, 29 Juni 2010

Dalam Memahami Kitab Suci Diperlukan Pemahaman Konsep Hermeneutika

Sangat diperlukan, karna SEBAGAI pendekatan dalam memahami teks, hermeneutika telah menyumbangkan metodologis untuk mengatasi kesulitan interpretasi. Meski semula hermeneutik ditujukan hanya untuk “tafsir teks kitab suci”, tetapi oleh para tokoh hermeneutik, mereka memakainya tidak hanya seputar teks, melainkan sebagai metode untuk menjelaskan ilmu-ilmu kemanusiaan (geisteswissenschaften).

Dan hermeneutika ingin mengatasi kesulitan-kesulitan pemahaman terhadap realitas yang sulit disentuh oleh metode lain, seperti fenomenologis, teori tindakan Weber, dekonstruksi dan lain-lain.

Tujuan hermeneutika adalah “untuk menangkap pikiran yang ditulis atau bahkan yang dikatakan pengarang seperti yang dia inginkan”. Interpretasi itu adalah bentuk dialog, maksudnya yaitu dialog dengan pengarang.

Dalam sejarahnya, menurut Richard E. Palmer (2003), menyatakan bahwa istilah “hermeneutika” mempunyai beberapa definisi.
1. Yaitu merujuk kepada prinsip-prinsip interpretasi Bibel. Hermeneutik menjadi kebutuhan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan interpretasi, terutama terhadap kaidah-kaidah eksegesis (komentar) kitab suci (skripture). Jadi kehadiran hermeneutik, difungsikan untuk mengungkap pikiran Tuhan (teks suci).

2. Yaitu hermeneutik sebagai metodologi filologis. Ketika kitab suci telah di tafsirkan, bisa jadi hasil penafsiran itu perlu dinalar lagi, sehingga untuk memahami penafsir, diperlukan terobosan hermeneutika.

3. Yaitu hermeneutika sebagai fenomenologi Dasein dan pemahaman eksistensial. mengindikasikan bahwa “pemahaman” dan “interpretasi” merupakan model fondasional keberadaan manusia. Dan pemahaman karakter linguistik relaitas manusia itu sendiri, dan hermeneutika larut ke dalam persoalan-persoalan yang sangat filosofis dari relasi bahasa dengan ada, pemahaman, sejarah, eksistensi dan realitas.

4. Yaitu hermeneutika sebagai sistem interpretasi untuk menemukan makna. Karna mengacu pada fokus eksegesis tekstual sebagai elemen distingtif dan sentral dalam hermeneutika. Jadi sebuah kaidah-kaidah yang menata sebuah eksegesis, atau sebuah interpretasi teks partikular, yang merupakan tanda-tanda keberadaan yang dipandang sebuah teks.

5. Yaitu hermeneutika sebagai fondasi metodologi bagi geisteswissenschaften (semua disiplin yang memfokuskan pada pemahaman seni, aksi, dan tulisan manusia). Dan untuk untuk menafsirkan ekspresi manusia, baik yang menyangkut hukum, karya seni, maupun kitab suci, membutuhkan tindakan pemahaman historis. Apa yang dibutuhkan dalam ilmu-ilmu kemanusiaan.

6. Yaitu hermeneutika sebagai ilmu pemahaman linguistik. Dan sebagai “ilmu” atau “seni” pemahaman. Hermeneutika berhasil mengembalikan keutuhan dan keotentikan makna teks, baik dipandang dari asal-usulnya maupun dari interpretasi-interpretasi yang pejoratif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar